Mata Kuliah : Perbandingan Pendidikan Islam
MAKALAH
PERBANDINGAN
PENDIDIKAN
DI
NEGARA JERMAN, KANADA, AMERIKA, DAN INDONESIA
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
V :
SEMESTER : IV (EMPAT)
DOSEN PEMBIMBING
Drs. ASRUDDIN, M.Pd.I
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BUTON
TA. 2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam
pembuatan tugas ini setidaknya terdapat hal-hal yang menambah kami untuk
memperoleh pengetahuan tentang “Perbandingan
Pendidikan di Negara Jerman, Kanada, Amerika dan Indoneia.”
Selanjutnya
kami menyadari jika dalam pembuatan Makalah ini banyak berbagai pihak,
yang memberi dukungan dan sambutan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah “Perbandingan Pendidikan Islam”
serta teman-teman yang telah ikut membantu kami secara langsung ataupun tidak
langsung. Semoga pembuatan Makalah ini dapat membantu para mahasiswa dalam mempelajari
mata kuliah Perbandingan Pendidikan Islam.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, kepada
para pembaca kami mohon dapat menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan
selanjutnya.
Pasarwajo, 5 Juni 2014
Penyusun
Kelompok V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
bangsa mengembangkan sistem pendidikan yang dipandang unggul dan mampu menjadi
sarana yang ideal bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Saat ini bisa kita
lihat beragam sistem pendidikan di dunia, yang seringkali dibangun berdasar
prinsip pendidikan yang persis sama, namun tetap kaya dengan perbedaan di
berbagai tingkatan kebijakan dan teknis pelaksanaan.
Menjadi
bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap
negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya
suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya
pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu
maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui bahwa Pendidikan tentunya
akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual,
intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus
bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan
bagaimana dapat mencapai kemajuan.
Seiring
dengan derasnya arus tukar informasi mengenai sistem pendidikan yang beragam di
berbagai kawasan, bahkan saat ini sampai yang bersifat mondial, berkembang pula
sebuah disiplin baru yang dipandang mulai berperan nyata sejak 1960, yang
disebut dengan comparative education (Syah Nur 2003:1). Tujuan dari comparative
education utamanya adalah untuk mengetahui berbagai macam perbedaan yang
berimbas pada berbedanya sistem pendidikan di dunia, dengan kata lain,
bertujuan untuk mengetahui berbagai prinsip yang mendasari pengaturan
perkembangan sistem pendidikan nasional (lihat Syah Nur 2003:4). Pada
gilirannya upaya-upaya memahami beragam sistem pendidikan di berbagai belahan
dunia telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dan
perbaikan pendidikan di banyak negara.
Saat
ini komunitas yang mempunyai fokus kinerja comparative education telah
terbentuk di banyak negara. Organisasi yang bergerak pada awal maraknya displin
ini adalah “Comparative Education Society” di Amerika Serikat dan “Comparative
and International Education Society” di Kanada. Di Indonesia, wadah para
penggiat comparative education adalah “Conference Comparative Education Society
of Indonesia (CESSIA).
Kehidupan
di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat
mendasar. Bentuk perubahan-perubahan tersebut adalah: (i) perubahan dari
pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), (ii)
perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis (utamanya dalam
pendidikan dan praktek berkewarganegaraan), dan (iii) perubahan dari
pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. UNESCO (1998) menjelaskan
bahwa untuk melaksanakan empat perubahan besar di pendidikan tinggi tersebut,
dipakai dua basis landasan, berupa : Empat pilar pendidikan: (i) learning to
know, (ii) learning to do yang bermakna pada penguasaan kompetensi dari pada
penguasaan ketrampilan menurut klasifikasi ISCE (International Standard
Classification of Education) dan ISCO (International Standard Classification of
Occupation), dematerialisasi pekerjaan dan kemampuan berperan untuk menanggapi
bangkitnya sektor layanan jasa, dan bekerja di kegiatan ekonomi informal, (iii)
learning to live together (with others), dan (iv) learning to be, serta;
belajar sepanjang hayat (learning throughout life).
Dalam
rangka pemenuhan tuntutan perkembangan zaman, maka lembaga pendidikan sebagai
tempat di kembangkan ilmu pengetahuan menjadi acuan kemajuan sebuah bangsa
untuk maju. Keberhasilan pengelolaan pendidikan dengan output lulusan yang
berkompeten dibidang masing-masing menjadi pendukung kemajuan suatu Negara.
Dalam
kesempatan ini kami akan mencoba mengkaji banding sistem pendidikan Jerman, Kanada,
Amerika Serikat (AS) dengan sistem pendidikan Indonesia.
Negara
Jerman dikenal sebagai negara yang sangat peduli dengan pendidikan vokasi/
kejuruan. Pendidikan vokasi di Jerman bisa maju karena sector pendidikan
mendapat perhatian yang baik dari pemerintah. Ada kalaborasi yang baik antara
pemerintah, sekolah, dan dunia industry dalam mengembangkan pendidikan vokasi,
maka sangat tidak mengherankan pada tahun 1970 sistem pendidikan Jerman sudah
mampu meraih tujuan-tujuan yang dicanangkan, hanya sekitar 25 tahun setelah
Jerman rata dengan tanah akibat kekalahan dalam Perang Dunia II. Berbagai
keunggulan Jerman di bidang kedokteran, teknologi, sastra, dan seni merupakan
keberhasilan system pendidikan Jerman yang secara gemilang telah mampu menjawab
berbagai permasalahan yang ada pasca kekalahan Perang Dunia II. Tak aneh bila
saat ini Jerman merupakan salah satu Negara dengan system pendidikan terbaik di
dunia yaitu menduduki peringkat ketigabelas, seperti dikutip dari Education for
All Global Monitoring Report 2011 UNESCO.
Beberapa
hal menarik yang dapat dipelajari pada sistem pendidikan yang diterapkan
di Jerman, khususnya pendidikan kejuruan (Berufsbildung). Sistem Pendidikan
kejuruan yang dilaksanakan di Republik Federal Jerman sangat baik. Diakui bahwa
pendidikan merupakan kewajiban bersama dari semua pihak, khususnya antara Pemerintah
dan Dunia Usaha dan Industri. Siswa-siswa di Jerman sangat menikmati belajar
dengan mengalami dua pengalaman yang saling mendukung yaitu belajar dan
bekerja. Setiap siswa dari Pendidikan Kejuruan sudah mengerti dengan apa yang
dia pelajari dan bagaimana penerapannya di dunia kerja. Apa yang dipelajari di
sekolah merupakan kondisi aktual yang ada di Industri atau usaha. Penuhnya
perhatian daripada Industri untuk meningkatkan kualitas daripada lulusan
pendidikan kejuruan merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan mereka.
Pendidikan bagi mereka adalah berorientasi pada kerja. Sehingga tanggungjawab
pembentukan kualitas lulusan merupakan tanggungjawab bersama. Secara eksplisit
tidak pernah ada Undang-Undang atau aturan yang mewajibkan Dunia Industri/usaha
untuk memperhatikan pendidikan itu. Akan tetapi mereka merasa bertanggungjawab,
karena memang mereka membutuhkan kualitas tenaga kerja yang baik yang
dihasilkan oleh pendidikan untuk mendukung proses produksi dan pengembangan
mereka.
Suatu
ketika dalam sebuah perkuliahan di Universitas Magdeburg pernah terlontar
pertanyaan dalam suatu diskusi, „Mengapa Dunia Industri/Dunia Usaha memberikan
perhatian penuh pada Pendidikan Kejuruan mereka, sedangkan tidak ada satu
aturanpun yang mewajibkan dunia Industri/usaha menopang atau ikut berperan
serta di bidang pendidikan ?“ Satu jawaban yang sangat sederhana akan
tetapi mempunyai makna sangat dalam, yaitu : mereka bangga mempunyai
kualitas. Artinya ketika mereka berperan serta dalam pendidikan mereka
bisa menjaga dan mengembangkan kualitas Produk/Jasa mereka.
Dari
situasi tersebut jelas terlihat sistem pendidikan mereka telah ditata dan
dikembangkan sedemikian rupa. Terbukti untuk pendidikan kejuruan mereka
memiliki suatu badan yang bertugas memikirkan dan mengembangkan terus
pendidikan mereka. Badan ini disebut Bundesinstitut für Berufsbildung
(BiBB) atau Federal Institut for Vocational Education and Training.
Negara
Kanada dipilih karena keunggulan yang dimiliki dalam sistem pendidikannya. Kanada
merupakan tempat yang ideal untuk belajar dimana orang Kanada sangat memandang
tinggi proses pembelajaran dan kualifikasi dari Kanada telah dikenal di
lingkungan bisnis, pemerintahan maupun praktisi akademis. Kanada juga mempunyai
lingkungan yang mendukung untuk belajar sebagai pemimpin internasional
dalam bidang komputer dan teknologi informasi. Kanada merupakan salah satu
negara yang mempunyai lingkungan alam yang paling indah di dunia, juga
merupakan negara yang mempunyai standar hidup tinggi, gaya hidup dinamis, kegiatan
budaya yang beragam, serta lingkungan yang aman.
Dalam
Indeks Pembangunan Manusia PBB, Kanada lebih sering menempati ranking tertinggi
dibanding negara lain. Terletak di pantai laut Pasifik Kanada, Vancouver
merupakan kota terbesar ketiga di negara ini. Pada tahun 2008, majalah
Economist sekali lagi memilih Vancouver sebagai kota ternyaman di dunia berkat
iklimnya yang sejuk dan lingkungan alamnya yang menawan, lingkungan yang aman dan infrastruktur transportasi dan
komunikasi yang sangat canggih, serta standar hidup dua juta penduduknya yang
berasal dari beraneka latar belakang budaya.
Berdasarkan
Indeks Pembangunan Pendidikan atau Education Development Index (EDI) dikatakan
tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium di atas 0,80, sedangkan kategori
rendah di bawah 0,80. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global
Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) EDI Indonesia tahun 2007 adalah 0,947. Sedangkan
EDI Negara Kanada pada Tahun 2007 adalah 0,990. Indonesia pada saat ini berada
di urutan ke-65 dari 128 negara untuk Kawasan Asia. Sedangkan Kanada berada di
urutan ke-5 untuk Negara dikawasan Eropa dengan taraf hidup yang lebih tinggi.
Hal yang sangat menarik sekali untuk dikaji bagaimana keberhasilan pendidikan
di Kanada. Untuk itulah dalam makalah ini akan dibahasa mengenai jenjang
pendidikan di Kanada dan Indonesia.
Tujuan
dari kaji banding ini adalah mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh sistem pendidikan di keempat negara. Mengkaji perbedaan tersebut
berdasarkan prinsip studi perbandingan dan pada gilirannya diharapkan mampu
memperoleh hasil-hasil kaji banding yang mampu memberikan kontribusi berupa
saran bagi upaya pengembangan sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih
baik.
B. Pembatasan Masalah
Adapun
yang menjadi pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sistem pendidikan di keempat negara.
2.
Mengkaji perbedaan
tersebut berdasarkan prinsip studi perbandingan dan pada gilirannya diharapkan
mampu memperoleh hasil-hasil kaji banding yang mampu memberikan kontribusi
berupa saran bagi upaya pengembangan sistem pendidikan Indonesia ke arah yang
lebih baik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang diatas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki oleh sistem pendidikan di Negara Jerman, Kanada, Amerika dan
Indonesia?
2.
Apakah perbedaan yang
dimiliki oleh sistem pendidikan di Negara Jerman, Kanada, Amerika dan
Indonesia?
D. Tujuan Penulis
Adapun
tujuan dan kegunaan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Perbandingan Pendidikan Islam, agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami “Perbandingan
Pendidikan DI Empat negara” antara lain; Negara Jerman, Kanada, Amerika, dan Indonesia.
E. Manfaat Penulis
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yakni, untuk menghasilkan sebuah pemikiran
dan pemahaman yang matang, serta menghasilkan pula sumber daya manusia yang
berkualitas, melalui usaha penelitian dan perbandingan pendidikan, demi
tercapainya kemajuan suatu negara, dalam segala bidang, yang awalnya dimulai
dalam bidang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERBANDINGAN PENDIDIKAN
DI NEGARA JERMAN, KANADA,
AMERIKA, DAN INDONESIA
A. Pengertian Perbandingan
Pendidikan
Sebagai
suatu ilmu perbandingan pendidikan tidaklah hanya membahas masalah-masalah
sistem pendidikan dan pengajaran yang ada pada suatu negara, dan tidak hanya
membahas tentang pemikiran kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat dalam
suatu negara atau tentang teori-teori kependidikan yang diamalkan oleh suatu
masyarakat sebagai suatu landasan pembahasan tentang sistem pendidikannya.
Bukan ilmu perbandingan pendidikan bila hanya menitikberatkan pembahasan pada
perbandingan antara teori-teeori pendidikan yang ada dalam suatu masyarakat.
Ilmu
perbandingan pendidikan juga tidak hanya sekedar membandingkan antara dua
sistem atau lebih dari pada pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang ada
disuatu negara atau disuatu masyarakat. Karena dengan cara demikian kita
hanya mengetahui beberapa persamaan dan perbedaan tanpa mengetahui latar
belakang yang menyebabkan timbulnya persamaan dan perbedaan tersebut.
Ilmu
perbandingan pendidikan itu mengandung pengertian yang lebih kompleks. Oleh
karena itu harus mencakup berbagai latar belakang yang mempengaruhi
perkembangan bangsa disuatu negara. Sedangkan dalam perkembangan suatu bangsa
itu terdapat aspirasi-aspirasi dan ide-ide yang mendorong perkembangannya dalam
kurun waktu lama. Aspirasi dan cita-cita itulah yang memberi corak dan bentuk
kebudayaan dan peradaban bangsa itu.
Oleh
karnanya pembatasan pengertian Ilmu perbandingan pendidikan harus bersifat
komprehensif sebagai berikut:
1.
Ilmu perbandingan
pendidikan adalah studi tentang sistem pendidikan dan pengajaran beserta
problematika problematika dalam negara-negaranya yang berbeda. Masing-masing
sistem dan problematika tersebut diusut sampai kepada sebab-sebab sebenarnya
yang berada dibalik sistem dan problematikanya.
2.
Ilmu perbandingan
pendidikan juga diartikan sebagai studi tentang sistem pendidikan dan
pengajaran dinegara yang berbeda serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
3.
Ilmu perbandingan
pendidikan juga dapat diartikan sebagai studi tentang teori-teori kependidikan
dan pengajaran serta bagamana pengalaman atau pengetrapannya dinegara-negara
yang berbeda itu dengan memperbandingkan antara teori-teori tersebut sehingga
diketahui persamaan dan perbedaannya serta mengebalikan kepada latar belaknag
sumber yang mempengaruhinya.
Jadi
yang menjadi inti pokok dalam ilmu perbandingan pendidikan itu adalah
pembelajaran tentang sebab yang menimbulkan problematika dan pengajaran serta
sebab-sebab yang dapat menimbulkan persamaan dan perbedaan diantara sisitem
-sistem dinegara-negara yang berbeda.
Untuk
lebih mendekati arti pendidikan perbandingan berikut ini
ditampilkan beberapa definisi yaitu yang berasal dari I.L.Kandel dan
Carter V.Goad, sebagai berikut :
a)
Kandel memberikan
pengertian sebagai berikut:
“Pendidikan
perbandingan adalah studi tentang teori dan praktek pendidikan masa sekarang
sebagai mana dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan
kelanjutan sejarah pendidikan”.
Disini
Kandel menunjukkan bahwa yang dipelajari adalah teori dan praktek
pendidikan sekarang dengan mengingat bahwa bermacam-macam latar belakang
termasuk sejarahnya turut menentukan pula pendidikan pada waktu sekarang.
Mengenai sejarah pendidikan, disinggung dalam hubungan ini karena
sifatnya yang sistematis dan mengandung teori dan prektek pendidikan dari
zaman ke zaman.
b)
Carter V.Goog
memberikan pengertian sebagai berikut:
“Perbandingan
pendidikan adalah studi yang bertugas mengadakan perbandingan teori dan praktek
kependidikan yang ada didalam beberapa negara dengan maksud untuk memperluas
pandangan dan pengetahuan diluar batas negrinya sendiri”.
Definisi
diatas menunjukkan aspek operasional dari pendidikan perbandingan.
Jadi, mengandung jiwa kepraktisan. Di samping itu kedua definisi itu
saling mengisi. Dalam definisi yang dikemukakan oleh Good memang tidak
tercantum tentang perlunya memperhatikan berbagai latarbelakang
pendidikan seperti yang terkandung dalam definisi dari kandel, namun hal
ini dapat dianggap baik oleh Good. Ini desebabkan oleh kenyataan
bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari dimensi-dimensi waktu yang
melingkupinya yang lampau, kini, dan yang akan dating. Berarti, bila
orang mempelajari pendidikan beberapa Negara secara perbandingan
perlu mengikut sertakan dimensi waktu.
Argumentasi-argumentasi
yang sama dapat pula dikenakan kepada latar belakang- latarbelakang yang lain
seperti filsafat, ideologi, dan sebagainya. Tiada pendidikan yang tidak
beranjak atau dipengaruhi oleh latarbelakang-latarbelakang tersebut.
Tentang
kemungkinan adanya definisi-definisi yang lain tentulah tidak tertutup. Akan
tetapi sampai sekarang ini dapat dicatat, definisi dari dua tokoh ini, yang
keduanya guru besar dalam bidangnya, telah dapat digunakan dalam memahami makna
tentang pendidikan perbandingan.
Berdasarkan
uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa perbandingan pendidikan ialah menganalisa dua hal
atau lebih untuk mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaannya. Dengan
demikian maka studi perbandingan pendidikan ini adalah mengandung pengertian
sebagai usaha menganalisa dan mempelajari secara mendalam dua hal atau aspek
dari sistem pendidikan, untuk mencari dan menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan yang ada dari kedua hal tersebut.
B.
Pendidikan
Di Negara
Jerman
1.
Sistem
Pendidikan Di Jerman
Sistem
Pendidikan Jerman terdiri atas sektor-sektor Primer, Sekunder dan
Tersier. Pada masing-masing sektor terdapat tipe-tipe sekolah.
Hubungan antara kelompok umur degan jenjang pendidikan menunjukkan waktu yang
tepat bagi peserta didik untuk memasuki jenjang yang relevan. Variasi luasan
blok pada masing-masing tipe sekolah tidak menggambarkan banyaknya populasi
peserta didik pada tipe sekolah tersebut.
Anak-anak
wajib masuk sekolah secara full time mulai umur enam tahun,
periode ini berlangsung sampai anak berumur sembilan tahun (di beberapa negara
bagian sampai sepuluh tahun). Setelah menyelesaikan periode ini,
anak muda tidak harus masuk sekolah secara full time, tetapi bisa
juga masuk sekolah part time (sekolah kejuruan) selama tiga
tahun. Secara sederhananya, anak-anak di Jerman harus sekolah mulai umur 6
hingga 18 tahun. Setelah empat tahun di sekolah dasar (Grundschule),
anak dapat memasuki jenjang pendidikan sekunder yang terdiri atas Hauptschule,
Realschule, Gymnasium, dan Gesamtschule. Dari sini kemudian siswa melanjutkan
ke Berufsschule, Berufsfachschule, atau Gymnasium tergantung pada kemampuan
akademisnya.
2.
Sistem
Ganda
Di
dunia internasional, sistem ganda yang berlaku dalam pendidikan kerja di Jerman
merupakan hal istimewa. Sistem Ganda sebagai suatu bentuk yang
dominan pada Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Jerman telah dikenal luas di
dunia. Sistem ini sudah secara tradional sejak 700 tahun yang lalu
dan berakar pada permulaan abad pertengahan. Seiring perjalalan
waktu, sistem ini telah berkembang secara mantap dan membawa perubahan
pada masyarakat, ekonomi, dan teknologi tanpa kehilangan identitas sebagai
suatu bentuk pelatihan yang paling sesuai dengan ekonomi dan pasar kerja.
Sekitar
separuh dari jumlah lulusan sekolah menjalani pendidikan kejuruan dalam salah
satu di antara ke-350 pekerjaan didikan yang diakui negara dalam sistem ganda
tersebut. Proses memasuki dunia kerja ini berbeda dengan pendidikan kejuruan
yang hanya berlangsung di sekolah, seperti yang masih berlaku di banyak negara:
Bagian praktek dipelajari selama tiga sampai empat hari seminggu di perusahaan;
disusul oleh pelajaran teori di sekolah kejuruan selama satu atau dua hari per
minggu.
Pendidikan
magang seperti itu berlangsung selama dua sampai tiga setengah tahun.
Pendidikan intraperusahaan dilengkapi lagi dengan kursus ekstern dan kesempatan
kualifikasi tambahan yang disediakan di luar. Pendidikan kerja dibiayai oleh
perusahaan yang membayar imbalan kepada magangnya, dan oleh negara yang
membiayai sekolah kejuruan. Ada sekitar 500.000 perusahaan, instansi layanan
publik dan penyandang profesi bebas yang berkecimpung dalam pendidikan kerja.
Lebih dari 80 persen di antara tempat pendidikan kerja disediakan oleh
perusahaan kecil dan menengah.
Berkat
pendidikan kerja sistem ganda itu, jumlah orang muda yang tidak memiliki
pekerjaan atau tempat pendidikan kerja di Jerman relatif kecil. Untuk kelompok
umur 15 sampai 19 tahun, jumlah itu hanya sebesar 4,2 persen. Kombinasi antara
teori dan praktek menjamin kualifikasi tinggi dari tukang dan pekerja terampil.
Di samping itu terbuka dua jalur pendidikan kerja lanjutan sebagai sarana
peningkatan karier. Jalan yang tradisional memuncak dalam penerimaan ijazah
Meister (ahli yang berhak memimpin perusahaan). Kini terbuka pula jalan baru
menuju kualifikasi yang dapat ditempuh dengan mengikuti kursus pendidikan
lanjutan di luar jam kerja. Bagi peserta terbuka kesempatan untuk meraih ijazah
Master pada perguruan tinggi.
Pendidikan
vokasi (dual training) di Jerman didesain untuk memberikan ilmu secara
teori maupun praktik bagi siswanya. Ketika belajar di sekolah vokasi, 75% waktu
siswa digunakan untuk bekerja di industri, sedangkan sisanya mereka belajar
teori di sekolah. Nantinya setelah siswa mengikuti pendidikan vokasi di sekolah
dan bekerja pada sebuah industri, mereka akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi
industri (chamber) yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan.
Kurikulum
yang dirancang pada pendidikan vokasi di Jerman adalah berorientasi pada
penggabungan antara instruction dan construction,
sehingga pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu
pada fase pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi
pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, perlu
mempertimbangkan orientasi kompetensi pada berbagai level sejalan dengan
pendesainan proses pembelajaran.
Dalam
melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan mereka mempunyai lima kunci
sukses, “The succes of German vocational education and training is
based on five characteristics wich also represent added value for development
of VET system in others countries” yaitu :
1)
Cooperation of
government and industry
Bersama-sama
antara Pemerintah dan Industri menyusun dan mendesain kerangka pendidikan
kejuruan dan demikian juga pelatihan. Kerjasama dapat mencakup pembiayaan dan
pengembangan kurikulum dan implementasinya, serta bersama-sama melaksanakan
assessment proses dan lulusan pendidikan kejuruan itu. Demikian juga dilakukan
sebuah kesepakatan tentang sertifikasi kompetensi yang mencerminkan harapan
kualitas lulusan dengan tuntutan kompetensi sesuai standar yang berlaku di
Industri
2)
Learning within the
work process,
Tujuan
dari pendidikan kejuruan Negara Republik Federal Jerman adalah menciptakan
kemampuan kerja para lulusannya yang adaptif dengan dunia industri yang
mereka miliki. Oleh karenanya pendidikan berorientasi kerja mengharuskan para
siswa/peserta (Teilnehmer) suatu kegiatan pendidikan atau pelatihan kejuruan
belajar di dua tempat pembelajaran yaitu di sekolah dan di industry. Kombinasi
pembelajaran tersebut sudah didesain sedemikian rupa sehingga sinergitas antara
pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di industry sangat baik.
3)
Acceptante of national
standards
Penerapan
standar nasional, merupakan salah satu kunci system pendidikan kejuruan.
Kualitas daripada pendidikan itu sendiri dijamin dengan diterapkannya
standar-standar pendidikan dan dipatuhi sebagai acuan proses. Untuk memenuhi
kualifikasi standar lulusan yang akan memasuki pasar kerja, mereka juga
menerapkan standar assessment yang benar-benar ketat. Sehingga kualifikasi
tersebut para lulusan dapatmemenuhi tuntutan persyaratan penerimaan tenaga
kerja dengan mobilitas yang tinggi dan penerimaan masyarakat yang baik.
Rekruitmen tenaga kerja menjadi sangat mudah dengan tersedianya tenaga
kerja dengan kualifikasi yang baik. Dan kemudahan dalam melanjutkan adaptasi
dengan pengembangan pendidikan berikutnya untuk memperbaiki kompetensi atau
kualifikasi yang lebih tinggi lagi.
4)
Qualified vocational
education and training staff
Kualifikasi
tenaga pendidikan kejuruan adalah salah satu pondasi untuk kualitas. Para
tenaga pendidik kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan
(Berufspädagogik). Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru
(tenaga kependidikan kejuruan) mampu mendesain strategi pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Menarik bahwa Pedagogik (Berufspädagogik)
bukan hanya suatu konsep yang dimiliki oleh dunia pendidikan, akan tetapi
tetapi dunia industry juga senantiasa menggunakan dan mengembangkan konsep
Pedagogik. Sehingga para peserta diklat atau siswa yang mengadakan magang dan
atau praktikum di suatu industry tetap dikendalikan dengan konsep Pedagogik
yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa dari suatu jenis pekerjaan. Itu
menandakan bahwa industry atau dunia usaha tidak hanya sekedar mengejar
keuntungan ekonomi (profit) akan tetapi juga terus menanamkan modal untuk pengembangan
pendidikan kejuruan. Dalam pandangan mereka pendidikan atau pelatihan yang
mereka sediakan adalah modal yang penting untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas dari produk yang mereka hasilkan.
5)
Institutionalized
research and career guidance
Kunci
yang berikutnya adalah tersedianya instistusi Penelitian Pendidikan Kejuruan
(Berufsbildung) dan Konsultasi Karir. Mereka berfungsi untuk
terus melakukan penelitian yang berguna bagi pengembangan pendidikan
kejuruan dan pasar kerja. Penelitian melibatkan Pemerintah, pelaku Ekonomi
(dalam hal ini dunia usaha dan Industri) dan elemen sosial lainnya. Hasilnya
mendorong pendidikan kejuruan tersebut untuk mengetahui apa yang sedang
berkembang di dunia industri, dan bagaimana kebutuhan dunia industri atau dunia
usaha terhadap kompetensi lulusan pendidikan kejuruan dapat secara dini
diidentifikasi. Sehingga pendidikan kejuruan yang melibatkan sekolah dan
industri juga dapat menerapkan strategi nyata dalam proses pembelajaran
(Lernprozess). Hasilnya juga digunakan untuk mengembangkan konsep-konsep
pembelajaran baru (Lernkonzepte).
3. Tujuan Utama Sistem
Ganda
Tujuan
utama Sistem Ganda adalah untuk menjamin secara berkelanjutan keterserapan
tenaga kerja pada pasar kerja tertentu sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan
individu. Untuk memenuhi permintaan ini pendidikan dan pelatihan harus
mengembangkan kualifikasi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan hasil kinerja
secara independen. Hal ini memerlukan pengembangan dan kombinasi
fungsional, ekstra-fungsional, dan qualifikasi sosial.
4. Struktur Sistem Ganda
Struktur
Sistem Ganda di Jerman dibatasi pada empat aspek, yaitu pemilahan tanggungjawab
untuk pendidikan/pengajaran teori dan pelatihan praktik, pembagian waktu
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pengorganisasi pendidikan dan pelatihan
serta konsentrasi pada mata pelajaran utama dalam pembelajaran teori.
1)
Pembelajaran Teori
Republik
Federasi Jerman (BRD) terdiri atas 16 negera bagian
(Länder). Masing-masing negara bagian memiliki otonomi dalam bidang
budaya, termasuk di dalamnya berwenang dalam bidang pendidikan. Pembelajaran
teori yang diperlukan suatu bidang pekerjaan dilaksanakan di
sekolah. Sekolah bekerja dengan kurikulum/silabus yang hanya berlaku
di suatu negara bagian tertentu. Silabi tersebut berdasar pada masing-masing
bidang kejuruan yang dikembangkan dibawah tangung jawab sebuah lembaga permanen
yang beranggotakan Menteri Kebudayaan dari 16 negara bagian yang disebut Kultus
Ministerium Konferenz (KMK). Jaminan ini mencakup juga validitas hasil
pendidikan di Jerman. Dengan kata lain, masing-masing negera bagian
diperbolehkan untuk mengintegrasikan silabi sesuai dengan kondisi spesifik
untuk situasi aktual di negara bagian tersebut. Pembelajaran teori
di sekolah menckup juga pembelajaran praktik yang diperlukan untuk memahami
suatu teori tertentu. Monitoring pelaksanaan pembelajaran teori di
lakukan oleh masing-masing negara bagian.
2)
Pelatihan Praktik
Seluruh
kegiatan pelatihan praktik dilaksanakan di perusahaan sesuai dengan bidang
kerja yang harus dipelajari. Pelatihan juga meliputi teori-teori
yang dibutuhakn untuk memahami suatu kegiatan praktik dan untuk bekerja secara
profesional. Misalnya Matematika, Fisika, Kimia atau Biologi tidak
diajarkan sebagai satu mata pelajaran khusus, tetapi include dalam
pelatihan praktik kejuruan.
Perusahaan
bertanggungjawab untuk seluruh proses kegiatan pelatihan. Tanggung
jawab tersebut di secara keseluruhan dijankan bersama dengan Kementerian
Ekonomi Federal (BRD) yang meng-organisir kerangka pengembangan pelatihan dan
peraturan-peraturan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan kejuruan dalam
suatu kerangka kerja. Kontrol terhadap jalannya pelatihan
didelegasikan dari pemerintah kepada suatu lembaga yang disebut Industrie-
und Handelskammer (IHK) dan Handelskammer (HK),
semacam Kamar Dagang dan Industi (KADIN) di Indonesia. IHK atau HK
beranggotakan perusahaan dan para professional pada bidang pekerjaan
tertentu. Tabel berikut ini menggambarkan pembagian tugas dan kewenangan
antara sekolah dan perusahaan dalam pendidikan sistem ganda di Jerman.
3)
Pembagian Waktu
Pendidikan
dan pelatihan kejuruan umumnya berlangsung anatar 3 sampai 3,5 tahun. Sekolah
dan perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kerja bersama untuk melaksanakan
pendidikan dan pelatihan kejuruan yang berkualitas. Mereka membagi
waktu pendidikan dan pelatihan sedemikian rupa sehingga peserta diklat (Auszubildender-in/
Lehrlinger-in) memperolah 3-4 hari praktik di perusahaan dan 1-2 hari
belajar di sekolah atau 3-4 minggu di perusahaan dan 1-2 minggu di sekolah.
Pada pertengan pelaksanaan diklat, biasanya pada akhir tahun kedua, peserta
diklat harus menempuh ujian pertengahan (Zwischenprüfung). Ujian ini
tidak menyebabkan pembatasan ataupun keuntungan. Ujian ini hanya
dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada sekolah, perusahaan dan peserta
diklat itu sendiri tentang level kemampuan yang telah
dicapainya. Setelah menempuh ujian akhir (Abschlußprüfung)
dan dinyatakan lulus, peserta diklat mendapat surat keterangan sebagai tenaga
terampil pada bidang tertentu.
4)
Pengorganisasian Diklat
Hal
yang terpenting pada tahun pertama diklat (1. Ausbildungsjahr) adalah
pengorganisasian bentuk dari diklat dasar. Keterampilan praktik dan
isi teori merupakan bagian dari rencana diklat dan silabi yang
spesifik untuk proses kerja sesuai bidang kerjanya.
Tahun
kedua diklat (2. Ausbildungsjahr) adalah tahap spesialisasi pertama,
tetapi spesialisasi ini masih bersifat luas. Spesialisasi ini
berorientasi pada kemampuan khusus yang essensial pada suatu skup kelompok
kejuruan kecil.
Tahun
ketiga diklat (3. Ausbildungsjahr) dan tahun keempat diklat (4.
Ausbildungsjahr) difokuskan pada spesialisasi keterampilan khusus dari
suatu bidang kerja dan yang secara khusus diperlukan oleh tempat kerja.
5)
Konsentrasi pada Mata
Pelajaran Utama Teori
Walaupun
silabi kurikulum dapat berbeda pada masing-masing negera bagian, sebagian besar
negara-negara bagian mengacu pada keputusan pendidikan yang sama, yaitu
menempatkan teknologi atau subyek kejuruan sebagai disiplin utama ke dalam
fokus pembelajaran teori.
Semua
mata pelajaran dirancang untuk mendukung pambelajaran kejuruan utama. Isi
dan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari bidang kejuruan yang sesuai
harus dipilih untuk pengembangan/perluasan semaksimal
mungkin. Seluruh tujuan diklat berorientasi pada aktivitas dan
kehususan bidang kejuruan, baik dalam hal isi maupun pelaksanaannya.
Dalam
Republik Federal Jerman pasca perang, sistem sekolah tiga jalur dan universitas
dengan sistem ekonomi adalah bentuk yang digunakan. Oleh karena Undang-undang
Federal, yang bertanggung jawab mengenai pendidikan, semenjak itu pula
pembicaraan di tingkat “Lander” berlangsung terus tentang tujuan
reformasi pendidikan. Pemerintah negara bagian (State) yang Sosial Demokrat
cenderung untuk menempatkan pendidikan sebagai hak azasi dengan penekanan pada,
usaha pendidikan itu atas inisiatif sendiri, persamaan, dan tindakan
pengimbalan, sementara pihak Kristen Demokrat Konservatif menginginkan tujuan
dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk kepentingan masyarakat,
seperti penyiapkan lulusan yang berkualitas.
6)
Kelompok Sekolah
Menengah Kejuruan di Jerman
Terdapat
2 kelompok sekolah menengah kejuruan di Jerman
a.
Voolzeit
Secara
harfiah, Voolzeit berarti waktu penuh belajar di sekolah (tidak menerapkan dual
system), artinya proses belajar siswa berlangsung si sekolah selama 6 hari
dalam seminggu, dan menjadi tanggung jawab penuh bagi sekolah. Jika suatu
waktu siswa memerlukan praktekum, maka siswa dapat praktek ke salah satu
instansi pemerintah, atau industry. Akan tetapi bukan berstatus sebagai
karyawan dan mereka tidak mendapat upah dan sekolah yang mencari tempat
praktekum bagi siswanya.
b.
Teilzeit
Sekolah
kejuruan yang separuh waktu belajar di sekolah dan separuh waktu lagi bekerja
di Industri. Sekolah kejuruan ini yang dinamakan “Duale Ausbildung”, dikalangan
internasional disebut sebagai “dual system”. Pendidikan dan pelatihan kejuruan
berlangsung antara 3 sampai 3,5 tahun. Sekolah dan perusahaan mempunyai
tanggung jawab dan kerja sama untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan
kejuruan yang berkualitas. Meraka membagi waktu pendidikan dan pelatihan
sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh 3 – 4 hari praktek
diperusahaan dan 1 – 2 hari belajar di sekolah atau 3 – 4 minggu di perusahaan
dan 1 – 2 minggu di sekolah. Contoh SMK Einzelhandle di Bremen system
belajarnya 3 hari bekerja di Industri (24 jam untuk satu minggu) dan dua hari belajar
di sekolah (12 jam seminggu).
Pada
pertengahan diklat, biasanya pada akhir tahun kedua, peserta diklat harus
menempuh ujian pertengahan. Ujian ini tidak menyebabkan pembatasan
ataupun keuntungan. Ujian ini hanya dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada sekolah, perusahaan dan peserta diklat itu sendiri tentang
level kemampuan yang telah dicapainya. Setelah menempuh ujian akhir dan
dinyatakan lulus, peserta diklat mendapat keterangan sebagai tenaga terampil
pada bidang tertentu.
5. Manajemen Pendidikan
a.
Otorita
Konstitusi
Federal telah menetapkan wewenang Lander atas pendidikan, maka beberapa
Lender membuat beberapa ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing
mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan selurunya melalui proses
legislative. Pengaturan itu mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi
pengajaran, dan prosedur dalam sistem daerah mereka masing-masing.
Dalam
negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada level kementrian kabinet
yang seringring disebut Kementian Kebudayaan. Pada negara-negara bagian yang
luas derahnya. Sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian negara
bagian, tetapi melalui badan administratif regional yang merupakan bagian dari
badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak legislatif
atau DPR. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infra struktur yang diperlukan dan ada kalanya juga terlibat dalam pengangkatan
staf.
Supervisi
atau inpeksi terhadap sekolah merupakan tugas kementrian negara bagian, secara
langsung atau tidak. Dengan beberapa pengecualian, gereja-gereja negara bagian
tidak lai melakukan fungsi supervisi terhadap sekolah. Secara resmi ada tiga
fungsi supervisi sekolah, fungsi pedagogis, hukum dan servis masyarakat.
Rekonsiliasi mengenai struktur pendidikan di Jerman, Konferensi Menteri-menteri
Kebudayaan menetapkan, melalui keputusan bulat, prinsip-prinsup pendidikan yang
berlaku secara nasional serta kesepakatan mengenai masalah-masalah
internasional. Komisi Gabungan Perencanaan Pendidikan dan Dukungan Penelitian
merumuskan rekomendasi dan mengawasi program-program eksperimen. Dalam Komisi,
Pemerintah Federal dan Pemerintahan Negara Bagian memiliki hak suara yang sama.
Sesudah perubahan Konstitusi tahun 1969, sejumlah wewenang negara bagian
menegenai pendidikan tinggi dialihkan ke pemerintah Federal.
b.
Pendanaan
Dengan
pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan
Lender dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung
oleh pemerintah negara bagian, dan infra struktur oleh masyarakat. Hampir semua
program pendidikan (termasuk pembebbasan uang kuliah pada pendidikan tinggi)
bersifat gratis. Pemerintah Federal juga memberikan bantuan kepada sebagian
siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi, banyak diantaranya yang
menerima bantuan dari anggaran pemerintah dengan jumlah yang cukup besar
(kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah).
Pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dari GNP (Gross
National Product) dalam tahun 1990, dan ditambah 1,7% untuk
penelitian. Investasi swasta untuk penelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%,
sehingga pengeluaran tahun 1990 mencapai 9,3% dari GNP. Tetapi semenjak 1975
sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem secara menyeluruh. Dalam tahun
1989, unit biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah adalah DM 6,2000
(Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan tinggi.
c.
Personalia
Guru-guru
Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk bidang keuangan yang di
didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di bidang keahlian di
bandingkan dengan bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan bidang studi
mencakup dua disiplin ilmu yang dapat diambil pada universitas atau fakultas.
Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan umum dilengkapi dengan mata
kuliah khusus sepert bidang membaca bagi calon guru pendidikandasar atau
diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga pendidikan
khusus.dalam jurusan pendidikan, tekanan terberat adalah pada pendekatan
sejarah, filosofis, dan orientasi pada praktikum.
d.
Kurikulum
Menteri-menteri
pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis
instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per
minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah, kedua,
pedoman kurikulum, ketiga, pemberian wewenang penulisan dan pengadaan
buku teks.
Tujuan
umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering dinyatakan pada
Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya
dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara bagian dan
mencakup silabus, rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang juga model
rencana pelajaran. Mengenai buku teks , tidak ada yang dapat dipakai di
sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan dari mentri negara bagian.
Keputusan
untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dengan
semakin menurunnya rasio murid-guru(dari 30:1 tahun 1960 menjadi 15:1 dalam
tahun 1980), makin jelas kecenderungannya bahwa metode mengajar “techer-centered”
makin di tinggalkan beralih pada bekerja dengan kelompok kecil murid dalam
kerangka pendekatan “student-centered”. Semenjak akhir tahun 1980-an,
konsep “pengajaran terbuka” atau “open instruction” yang menekankan pada
“murid belajar atas dorongan sendiri” semakin berkembang dan semakin popular
pada sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada sebagian sekolah menegah
pertama.
e.
Ujian, Kenaikan Kelas,
dan Sertifikasi
Tes
formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak
disekolah. Pengecualian itu hanya untuk keperluan diagnostik yaitu
mengidentifikasi jenis-jenis dyslexia (kesulitan belajar membaca dan menulis
karena kondisi pada otak). Kemudia seperti telah disebutkan terdahulu, tidak
ada kenaikan kelas secara otomatis, tetapi kelas mengulang juga sudah hampir
tidak dilaksanakan lagi (hanya 1,5% per kelas di pendidikan dasar, dan
kira-kira 4% di sekolah tingkat menengah pada tahun 1990).
Sertifikat
dan diploma yang dicapai di universitas dan jian-ujian negara bagian dan
memberi hak kepada pemegangnya untuk memasuki program pendidikan yang lebih
tinggi, dan juga mengandung nama-nama profesional, termasuk gelar akedemik .
f.
Evaluasi, dan
penelitian pendidikan
Tidak
ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan.
Komponen Jerman dalam Asosiasi Internasional untuk Penelitian Penilaian
Pencapaian Pendidikan dalam bidang “Membaca” merupakan survei pertama dalam dua
dekade terakhir yang didasrkan pada sempelprobabilitas siswa secara nasional.
Apabila di bandingkan dengan negara lain, Jerman belum banyak melakukan
penelitian empiris dalam bidang pendidikan.
6.
Reformasi
dan Isu-Isu Pendidikan
Masa
untuk melakukan reformasi pendidikan yang mendasar di Jerman Barat secara resmi
berakhir tahun 1975 dengan dibubarkannya Dewan Pendidikan (Council of
Education) yang mencoba mengimplementasikan sistem pendidikan yang sama
sekali baru. Semenjak itu, pemerintah yang konservatif cenderung mempertahankan
struktur tripatrit pada pendidikan menengah, sementara kementrian yang
beraliran Sosial Demokrat mencoba menerapkan Gesamtschule sebagai
alternatif, kalau tidak sebagai pengganti, sistem tripartit.
Sesungguhnya,
seluruh Jerman akan terus mengalami masalah yang kelihatannya makin meningkat,
bukan makin terselesaikan. Masalahnya terutama pada anak-anak yang sudah punya
persoalan sebelumnya karena latar belakang sosial yang tidak menguntungkan. Integrasi
anak-anak imigranyang jumlahnya semakin besar sesungguhnya merupakan tantangan
berat bagi pendidikan Jerman, termasuk isu “pemberian kesempatan yang sama”.
Mencari perimbangan antara kebutuhan untuk integrasi sosial bagi anak-anak
cacat dan penyelenggaraan pengajaran yang optimal tetap menjadi fokus
pemikiran.
C.
Pendidikan Di Negara Kanada
1.
Sistem
Pendidikan di Kanada
a.
Sistem Pemerintahan
Kanada menggunakan sistem pemerintahan demokrasi federal yang menyatukan sejumlah
komunitas politik yang berbeda di bawah pemerintahan bersama untuk mencapai
tujuan bersama, dan pemerintah daerah yang terpisah untuk menangani
keperluan-keperluan tertentu masing-masing daerah. Bentuk pemerintahan ini
mempertimbangkan realita geografis Kanada, keanekaragaman masyarakat budayanya
dan warisan dwi-hukum dan dwi-bahasa.
Kanada mempunyai tiga tingkat pemerintahan: federal, propinsi dan teritori, dan
kotamadya (lokal atau regional). Dalam struktur
federal, para pejabat yang terpilih - Kabinet para menteri di bawah
kepemimpinan Perdana Menteri – merupakan badan pengambil keputusan utama.
Pemerintah federal memimpin sistem pemerintahan demokratis negara melalui
berkonsultasi dengan para pejabat terpilih lain, para wakil propinsi dan
kotamadya, dan masyarakat Kanada.
Peran utama pemerintah Kanada adalah memastikan dan
mendukung kinerja perekonomian negara. Tanggung-jawab lainnya termasuk
pertahanan nasional, perdagangan dan niaga antar propinsi dan antar negara,
imigrasi, sistem perbankan dan moneter, hukum pidana dan perikanan. Pemerintah
federal juga mengawasi industri-industri seperti kedirgantaraan, perkapalan,
perkereta-apian, telekomunikasi dan tenaga atom.
Pemerintah propinsi dan teritori, mempunyai struktur
yang sama seperti struktur federal dan bertanggung jawab atas masalah-masalah
seperti pendidikan, hak-hak sipil dan kepemilikan, peradilan, sistem rumah
sakit, sumber daya alam di dalam batas propinsi dan teritori mereka, jaminan
sosial, kesehatan dan lembaga-lembaga kotamadya.
Baru-baru ini pemerintah federal telah mulai
menyerahkan tanggung-jawab yang lebih besar atas sejumlah program dan pelayanan
kepada pemerintah propinsi. Contohnya adalah pelatihan pasar tenaga kerja, dan
pengembangan pertambangan dan kehutanan.
Pemerintah lokal dan regional, memainkan peran penting
dalam beberapa bidang termasuk penyediaan pendidikan, pengembangan tanah,
peraturan-peraturan usaha setempat, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan
budaya. Struktur pemerintah lokal dan regional tidak selalu sama di seluruh
negara.
b.
Kurikulum Pendidikan
Pendidikan di Kanada
disediakan, didanai dan diawasi oleh pemerintah federal, provinsi, dan
pemerintah daerah. Pendidikan berada di dalam yurisdiksi pemerintahan provinsi
dan kurikulum diawasi oleh pemerintahan provinsi. Pendidikan di Kanada umumnya
dibagi pada pendidikan Dasar (Primary School , Public School), kemudian
pendidikan Menengah (High School) dan pendidkan tinggi (Universitas, College).
Pada
setiap provinsi-provinsi terdapat dewan sekolah yang mengawasi pelayanan
pendidikan dan penyelenggaraan program-program pendidikan. Pendidikan wajib
bagi pendudu kanada sampai usia 16 tahun di seluruh provinsi di Kanada, kecuali
untuk Ontario dan New Brunswick, di mana usia wajib sampai 18 tahun. Di beberapa
provinsi ada beberapa pengecualian untuk tidak wajib meneruskan pendidikan pada
umur 14 tahun yang dapat diberikan dalam keadaan tertentu.
Kanada
mewajibkan sekolah selama 190 hari dalam setahun, secara resmi dimulai dari
bulan September (setelah Hari Buruh) sampai akhir bulan Juni (biasanya hari
Jumat terakhir bulan, kecuali dalam beberapa kasus di Quebec ketika itu hanya
sebelum Juni 24 - provinsi hari libur ).
Kurikulum juga sering mengalami revisi. Kurikulumnya
(pendidikan dasar dan menengah) mencakup bidang matematika, sains, bahasa dan
ilmu sosial (sejarah dan geografi). Kurikulum sekarang memasukan komputer,
berfikir kreatif, belajar mandiri dan pendidikan lingkungan.
c.
Penjenjangan Pendidikan
Sistem pendidikan Kanada mencakup baik sekolah yang dibiayai
oleh negara maupun sekolah swasta, mulai dari taman kanak-kanak sampai
pra-universitas, Pendidikan adalah tanggung jawab provinsi dibawah
undang-undang Kanada, yang berarti ada perbedaan nyata dalam sistem-sistem
pendidikan di Provinsi yang berlainan, Tetapi tarafnya diseluruh negara secara
keseluruhan tinggi.
Umumnya anak-anak Kanada masuk taman kanak-kanak untuk
satu atau dua tahun pada usia empat atau lima tahun secara sukarela. Semua anak
mulai Kelas Satu pada usia enam tahun. Tahun ajaran biasanya berlangsung mulai
bulan September sampai bulan Juni tahun berikutnya, tetapi kadang-kadang
penerimaan murid dalam bulan Januari juga mungkin. Sekolah lanjutan menengah
sampai dengan kelas 11, 12 atau 13, tergantung pada provinsinya, Dari sini,
para pelajar dapat masuk universitas, perguruan tinggi atau belajar di Cegep.
Cegep adalah singkatan dalam bahasa Perancis untuk Perguruan Tinggi Pendidikan
Umum dan Kejuruan (College of General and Vocational Education), yaitu
pendidikan umum dua tahun atau pendidikan teknis tiga tahun diantara sekolah
lanjutan atas dan universitas. Provinsi Quebec mempunyai sistem Cegep.
o
Sekolah dasar: biasanya mulai kelas 1 sampai 6
o
Sekolah menengah pertama: biasanya mencakup kelas 6, 7 dan 8, tergantung
propinsi masing-masing.
o
Sekolah menengah atas: biasanya disebut SMA, mencakup kelas 9 sampai 12. di
Quebec, SMA mencakup kelas 7-11. Jenis-jenis SMA termasuk umum, swasta,
Katolik, Kristen, sekolah perempuan, sekolah laki-laki, dan sekolah asrama.
o
Pasca sekolah menengah: meliputi perguruan tinggi karier (sekolah
kejuruan), community college (CEGEP di Quebec), universitas dan sekolah pasca
sarjana.
Program English as a second language (ESL) ditawarkan
di SMP, SMA, perguruan tinggi, universitas dan sekolah bahasa swasta. Kanada
menduduki peringkat yang tinggi secara global seperti Global Peace Index dan
Human Development Indeks PBB.
Sistem pendidikan di Kanada menerima sekitar 150.000
siswa internasional setiap tahunnya. Dengan cakupan mulai tingkat sekolah
dasar, sekolah menengah dan pasca sekolah menengah, pendidikan di Kanada diatur
oleh setiap pemerintah propinsi dan wilayah.
Setiap provinsi dan teritori Kanada bertanggung jawab
atas sistem pendidikan mereka sendiri. Terdapat sedikit
perbedaan antar propinsi, kecuali Quebec yang mempunyai sistem pendidikan yang
berbeda, yang terdiri dari école primaire, école secondaire, and College
d’enseignement general et professionel (CEGEP). Sistem pendidikan yang
dijelaskan di halaman ini merupakan sistem pendidikan umum Kanada dan
bukan sistem pendidikan Quebec. Silahkan melihat website Departemen Pendidikan Kanada masing-masing provinsi untuk informasi lebih
lanjut.
Pendidikan Sekolah Menengah
Atas (Secondary Education) Kanada
o
Dari Grade 9 sampai 12, biasanya siswa berumur 14/15 tahun sampai 17/18
tahun.
o
Setelah lulus Grade 12, siswa akan mendapatkan ijasah sekolah
menengah atas (high school diploma).
Post Secondary
Education Kanada
Colleges, institusi dan lembaga pendidikan
non-gelar Kanada lainnya menawarkan program sertifikat dan diploma di
beragam bidang semi profesional dan bidang teknik yang beragam, sedangkan
universitas menawarkan program S1 dan university college biasanya
menawarkan program S1, diploma dan sertifikat. Meskipun begitu, beberapa
sekolah juga menawarkan program S1 dan beberapa universitas
menawarkan program sertifikat dan diploma.
Diploma dan Sertifikat
o
Tersedia di college, community colleges, institusi teknik dan
kejuruan.
o
Siswa sudah harus lulus dari sekolah menengah atas.
o
Durasi program umumnya 1-3 tahun.
o
Program 1 tahun akan mendapatkan sertifikat. Jika mengambil kursus
tambahan, siswa akan mendapatkan sertifikat lanjutan (advanced
certificates).
o
Program transfer ke universitas juga ditawarkan di college tertentu.
Gelar S1
o
Ditawarkan di universitas, university college dan institute lain.
o
Siswa sudah harus lulus sekolah menengah atas.
o
Program S1 umumnya berlangsung selama 3-4 tahun, tergantung dari
masing-masing provinsi dan apakah program yang diambil merupakan program umum
atau khusus.
o
Program Diploma dan certificate juga ditawarkan di beberapa institut.
o
Umumnya gelar S1 Honours diberikan untuk jurusan atau pencapaian
bidang akademik yang lebih tinggi.
Gelar Graduate Kanada
Gelar S2
o
Durasi program umumnya adalah 2 tahun.
o
Siswa sudah harus mendapatkan gelar S1 atau S1 Honours.
o
Salah satu syarat penerimaan untuk program MBA adalah siswa harus lulus
ujian GMAT dan mempunyai pengalaman kerja yang relevan.
o
Siswa yang ingin mengambil jurusan Science harus lulus ujian GRE.
Gelar S3
o
Durasi program umumnya adalah minimum 3 tahun.
o
Siswa sudah harus mempunyai gelar S2.
o
Salah satu syarat penerimaan untuk program MBA adalah siswa harus lulus
ujian GMAT dan mempunyai pengalaman kerja yang relevan.
o
Siswa yang ingin mengambil jurusan Science harus lulus ujian GRE.
Siswa Internasional
Siswa internasional harus memenuhi persyaratan nilai
minimum TOEFL atau IELTS sebagai bukti kemampuan bahasa Inggris untuk
diterima di universitas Kanada. Siswa internasional harus dapat menunjukkan
bahwa kualitas pendidikan negara asal siswa tersebut setidaknya setara dengan
pendidikan Kanada. Siswa yang ingin belajar lebih dari 6 bulan di Kanada harus
membuat aplikasi Ijin belajar Kanada (Study Permit).
Sekolah bahasa Inggris Kaplan International Colleges
di Toronto dan Vancouver menawarkan program persiapan ujian TOEFL dan IELTS
untuk membantu siswa mendapatkan nilai ujian yang lebih tinggi. Program persiapan ujian
TOEFL dirancang
untuk membantu siswa mendapatkan nilai TOEFL yang tinggi dengan
menggunakan bahan pelajaran dan kurikulum yang dikembangkan sendiri oleh
Kaplan yang merupakan pemimpin persiapan ujian yang terkenal di dunia. Program persiapan
ujian IELTS Kaplan merupakan kelas persiapan ujian yang terfokus pada semua
bidang yang akan diujikan serta mengajarkan strategi pengambilan
ujian.
d.
Kelebihan Sistem pendidikan di Kanada
o
Terpilih sebagai negara nomor satu di dunia
Menurut PBB dan Unit Inteligen Ekonomi (Economist
Intelligence Unit), Kanada dinyatakan sebagai salah satu dari 10 tempat terbaik
di dunia untuk tinggal sejak tahun 1994. Menurut survey PBB, Kanada secara
khusus mendapatkan nilai tinggi untuk akses pendidikan, harapan hidup yang
lebih tinggi (karena sistem Universal Health Care); dan tingkat kejahatan dan
kekerasan yang rendah. Sebagai tambahan, kota-kota terbesar Kanada seperti
Vancouver, Toronto dan Montreal telah diakui sebagai kota-kota kelas dunia
untuk hidup dan bekerja, kebersihan dan keamanan dan untuk aktivitas-aktivitas
budaya dan gaya hidupnya yang menarik.
o
Tempat yang aman untuk belajar
Kanada terkenal dengan masyarakat yang aman, adil dan
damai. Tingkat kejahatan di Kanada terus menurun secara stabil sejak tahun
1990. Pada tahun 1997, laporan polisi tentang tingkat kejahatan di Kanada
menurun 5 persen selama tahun keenam secara berturut-turut. Kejahatan dengan
kekerasan turun untuk tahun kelima secara berturut-turut pada tahun 1997 dan
tingkat pembunuhan di Kanada sekarang terhitung kurang dari satu persen dari
seluruh insiden kekerasan yang dilaporkan. Tidak seperti Amerika Serikat,
tetangga Kanada di selatan, senjata api di kontrol dengan ketat dan umumnya
tidak diperbolehkan di Kanada.
o
Mutu Pendidikan yang Tinggi
Institusi pendidikan di Kanada tidak diberi rangking
resmi, karena semua institusi pendidikan di Kanada menawarkan program dengan
kualitas tinggi. Ketika anda memilih sekolah di Kanada, pertimbangkan tipe,
besarnya, dan lokasi institusi tersebut. Jika anda tertarik pada bidang studi
khusus, carilah informasi mengenai sekolah mana yang lebih banyak menawarkan
disiplin ilmu tersebut.
· ijazah yang diakui secara internasional dan bisa
ditransfer
· biaya kuliah yang terjangkau
· standar hidup yang tinggi
· stabilitas politik
D.
Pendidikan Di Amerika
1. Tujuan Pendidikan
Karakteristik
utama sistem pendidikan di Amerika Serikat adalah sangat menonjolnya
desentralisasi. Pemerintah federal amerika serikat tidak punya mandat untuk
mengontrol atau mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Adapun ketentuan dan
aturan pemerintah federal mengenai kelompok-kelompok minoritas rasial dan
orang-orang cacat. Pemerintah juga mendukung penelitian pendidikan. Tetapi
Amerika Serikat tidak mempunyai sistem pendidikan yang berpusat. Namun
demikian, tidak berarti bahwa pemerintah federal tidak memberikan arah dan
pengaruh terhadap masalah pendidikan pemerintah federal juga ikut menghilangkan
sistem sekolah yang memisahkan sekolah berdasarkan ras, khususnya antara orang
kulit hitan dan kulit putih. Pemerintah federal menyamakan alokasi pendanaan sekolah,
menyediakan akses pendidikan bagi orang miskin dan orang cacat.
Tujuan
sistem pendidikan di Amerika antara lain :
o
untuk mencapai kesatuan
dalam kebhinekaan
o
untuk mengembangkan
cita-cita dan praktek demokrasi
o
untuk membantu
pengembangan individu
o
untuk memperbaiki
kondisi sosial masyarakat
o
untuk mempercepat
kemajuan nasional
2. Struktur dan jenis
pendidikan di Amerika
Setiap
negara bagian menyediakan pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai dari
taman kanak-kanak sampai pada jenjang berikutnya. Dalam sistem pendidikan di
Amerika Serikat terdapat beberapa pola pendidikan yaitu :
o
taman kanak-kanak +
pendidikan dasar ”grade” 1-8 + 4 tahun SLTA
o
taman kanak-kanak +
sekolah dasar ”grade” 1-6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun SLTA
o
taman kanak-kanak +
sekolah dasar ”grade” 1-4/5 + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA setelah menyelesaikan
pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada beberapa buah negara
bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior community college)
sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah
Pada
pola pertama seorang siswa menamatkan pendidikan pada umur 17- 18 tahun.
Pendidikan khusus mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Disamping
itu pendidikan non formal tidak hanya di sponsori oleh badan pemerintah tapi
juga badan swasta, serikat buruh-buruh, badan-badan keagamaan serta oleh
individu yang kadang kala menjadikannya usaha bisnis.
Pada
tingkat pendidikan tinggi, struktur dan jenis/ jenjang pendidikan pada dasarnya
dikelompokkan dalam tiga bentuk baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta
yaitu :
pendidikan
tinggi 2 tahun yang lazim disebut junior community atau technical college
memberikan sertifikat dan kadang kala memberikan gelar Associate of Arts (AA)
pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping pendidikan profesional (program diploma) level ini lazim disebut undergraduate tamatan program S-1 diberi gelar Bachelor of Arts (BA) atau Bachelor of Science (BS) universitas yang biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan program-program diploma, S-1, pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan menyediakan program doktor S-3. para lulusan program s-2 diberi gelar Master of Arts (MA) atau Master of Science (MS). Lulusan program Doctor (S-3) diberi gelar Doctor of Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D) dalam bidang-bidang tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia program-program spesialis.
pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping pendidikan profesional (program diploma) level ini lazim disebut undergraduate tamatan program S-1 diberi gelar Bachelor of Arts (BA) atau Bachelor of Science (BS) universitas yang biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan program-program diploma, S-1, pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan menyediakan program doktor S-3. para lulusan program s-2 diberi gelar Master of Arts (MA) atau Master of Science (MS). Lulusan program Doctor (S-3) diberi gelar Doctor of Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D) dalam bidang-bidang tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia program-program spesialis.
3. Manajemen pendidikan
1)
Otorita
Dalam
sejarah pendidikan Amerika Serikat, pendidikan sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah negara bagian dan masyarakat setempat. Walaupun demikian semenjak
1872 pemerintah telah ikut campur tangan mulai dari memberikan tanah negara
guna membangun fakultas dan juga membantu sekolah dengan program makan siang,
menyediakan dana bagi veteran dan menyediakan pinjaman bagi mahasiswa.
Semenjak
tahun 1979 dibentuk sebuah departemen pendidikan federal yang dipimpin oleh
seseorang yang setaraf sekretaris kabinet. Yang memegang tugas melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Hampir semua negara bagian memisahkan
antara badan yang memberikan izin pendirian pergfuruan tinggi negeri dan
perguruan tinggi swasta. Di perguruan tinggi memiliki struktur pelaksanaan
tugas yaitu :
o
persident
o
pembantu presiden
bidang akademik dan dekan
o
dekan pascasarjana
o
pembantu presiden
bidang kemahasiswaan
o
ketua jurusan registar. registar
yaitu orang yang menyimpan segala dokumen kemahasiswaan di universitas registar pengembangan senat universitas
2)
Personalia
a.
Dosen Perguruan Tinggi
kualifikasi
dan pengangkatan
Pada
dasarnya kualifikasi doctor S-3 merupakan syarat untuk menjadi dosen pada
perguruan tiggi di Amerika Serikat.
Kepangkatan
Pangkat
dosen perguruan tinggi amerika serikat lazim disebut instuctor, assistant,
proffesor, associate proffesor, dan proffesor emeritus, lecturer
b.
Guru Pendidikan Dasar
dan Menengah
Pengangkatan
guru adalah wewenang pemerintah negara bagian yang memiliki syarat untuk untuk
memperoleh sertifikat mengajar. Pendidikan guru untuk sekolah dilakukan di
tingkat universitas pada tingkat sarjana muda dan guru sekolah lanjutan
disiapkan pada tingkat sarjana yang lamanya 4-5 tahun.
3)
Pendanaan
Sumber
keuangan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah berasal dari daerah
kabupaten dan sumber-sumber lokal lainnya yang sebagian besar berasal dari
pajak negara bagian. Anggaran pemerintah federal untuk perguruan tinggi juga
meningkat terutama pendidikan kejuruan teknik dan pendidikan bagi orang yang
kembali ke kampus untuk belajar.
Pada
umumnya , beban biaya pendidikan bagi mahasiswa negeri lebih bera dibanding
beban biaya untuk mahasiswa swasta
4)
Kurikulum dan
Metodologi Pengajaran
Kebiasaan
otonomi yang sudah lama dan kuat serta keadaan masyarakat sangat mempengaruhi
bentuk kurikulum serta cara mengajar di Amerika Serikat. Disini tidak ada
kurikulum nasional yang resmi.
Bagian
pendidikan negara bagian menggariskan kurikulum dengan tingkat variasi yang
cukup besardan memberi peluang pada daerah setempat. Pada awalnya sekolah
amerika sangat dipengaruhi oleh agama dan fokus pada keterampilan tulis baca.
Semenjak abad ke 19 perhatian terhadap masalah sosial semakin menonjol.
Pada
akhir abad ke 19 muncul tuntutan untuk mengubah kurikulum dan metode mengajar
dengan mengarahkan perhatian pada kebutuhan muris yang berbeda, serta perhatian
terhadap kebutuhan individu. Dengan demikian siswa memiliki peluang yang besar
untuk menentukan pilihan. Pertambahan jumlah populasi sekolah yang sangat cepat
dan kemajuan iptek menjadi dorongan untuk inovasi-inovasi baru terutama metode
pengajaran. Di daerah perkotaan persoalan sosial telah mendorong munculnya mata
pelajaran baru yaitu studi etnis, pendidikan lingkungan, pendidikan seks,
pendidikan narkoba dan sebagainya. Namun, awal 1980-an ada kecendrungan untuk
kembali pada yang lama serta kebutuhan baru atas pendidikan akhir.
Sistem
pendidikan di Amerika mempunyai sifat yang khas yang berbeda dari sistem
pendidikan di negara-negara lain. Hal ini terutama karena sistem
pemerintahannya yang mendelegasikan kebanyakan wewenang kepada negara bagian
dan pemerintahan lokal (distrik atau kota). Amerika tidak memiliki sistem
pendidikan nasional yang ada adalah sistem pendidikan dalam artian terbatas
pada masing-masing negara bagian. Hal ini berdasarkan padafilosofi bahwa
pemerintah (federal/pusat) harus dibatasi perannya, terutama dalam pengendalian
kebanyakan fungsi-fungsi publik seperti sekolah, pelayanan sosial dan
lain-lain. Karena itu di Amerika dalam pendidikan dasar dan menengah tidak ada
kurikulum nasional bahkan tidak ada kurikulum negara bagian. Apa yang ada
hanyalah semacam standar-standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
pemerintahan negara bagian ataupun pemerintahan lokal. Walaupun begitu
pemerintah federal (pusat) diberi wewenang terbatas untuk mengintervensi dalam
masalah pendidikan bila terkait dengan empat hal yaitu :
o
Memajukan demokrasi
o
Menjamin kesamaan dalam
peluang pendidikan
o
Meningkatkan
produktivitasnasional
o
Memperkuat pertahanan/
ketahanan nasional.
Bentuk
intervensi pemerintahan pusat tidak dalam bentuk penentuan materi ajar tetapi
dalam bentuk usulan-usulan maupun program pendanaandengan tujuan-tujuan
tertentu.
5)
kenaikan kelas, ujian
dan sertifikasi
Kenaikan
kelas murid-murid sekolah ditentukan oleh daerah setingkat kecamatan atau
negara bagain. Dalam prakteknya, anak-anak boleh tinggal kelas dan mengulang
lagi apabila performansinya memang tidak memuaskan.
SLTA
tidak dituntut untuk ujian resmi akan tetapi kehadiran murid atau siswa serta
rapornya yang baik memang menjadi persyaratan untuk memasuki perguruan tinggi
negeri.
6)
penelitian pendidikan
Pemerintah
federal sudah sejak lama mendukung berbagai penelitian pendidikan. Walaupun
hanya kira-kira 25 % dana yang disediakan. Penelitian banyak dilakukan pada
bidang-bidang yang menjadi masalah orang banyak, serta pendidikan bagi orang
miskin dan orang cacat dan penelitian perubahan pengangguran pemerintah serta
perbaikan sistem pengajaran
7)
akreditasi
Ada
dua hal yang menjamin mutu pendidikan yaitu :
a. sikap bahwa mutu dan
standar itu penting
b.
adanya otonomi lembaga
Proses
akreditasi bertujuan untuk mendapat keyakinan bahwa perguruan-perguruan tinggi
mempunyai dan mempertahankan standar akademik, dilaksanakan secara baik dan
memenuhi syarat ikut dalam program pemerintah.
Di
Amerika Serikat sendiri terdapat beberapa lembaga akreditasi baik regional
maupun nasional yang mengakreditasi berbagai bidang pendidikan maupun bidang
profesional. Tetapi lembaga akreditasi itu tidak terkait dengan pemerintah baik
pusat maupun pemerintahan negara bagian. Lembaga akreditasi tersebut memperoleh
pengakuan melalui dua lembaga yaitu : council of higher education accreditation
(CHEA) dan US. Department of Education.
4. Sekolah Guru di Amerika
Serikat
Sekolah
di amerika serikat ada 4 macam yaitu :
1)
sekolah normal (normal
school)
Mengeluarkan
guru-guru untuk sekolah rendah, lamapendidikan 4 tahun, yang diterima disana
murid-murid tamatan sekolah rendah. Paling banyak di amerika tetapi telah
dihapuskan dan sebahagian dijadikan fakultas guru.
2)
fakultas guru (teacher
school)
Mengeluarkan
guru untuk sekolah menengah
3)
jurusan pendidikan di
universitas (departemen of education)
Yang
dipimpin oleh guru-guru besar seperti dekan dan dosen
4)
sekolah atau fakultas
pendidikan
Di
tengah-tengah fakultas diadakan sekolah atau fakultas khusus untuk pendidikan,
maka siswanya diterima sebelum title ilmiah
5. Isu-isu pendidikan
Mungkin
banyak orang menganggap bahwa pendidikan di negara besar seperti Amerika
serikat sudah mantap dan hampir tidak mempunyai masalah yang berarti. Mereka
beranggapan seperti ini karena memiliki alasan yang kuat seperti kestabilan
ekonomi dan politik yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Amerika
serikat sendiri telah lama merintis dan melaksanakan sistem pendidikan sehingga
banyak negara yang mengirimkan warganya untuk belajar di amerika serikat.
Pendidikan di Amerika menerapkan model penerapan konsep sekuler-kapitalisme.
Walaupun bukan hanya Amerika saja yang menerapkan konsep sekuler-kapitalisme
namun karena saat ini Amerika merupakan negara adi daya maka konsepnya dalam
berbagai bidang akan terasa pengaruhnya di negeri lain.
Masalah
pendidikan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah amerika serikat adalah :
Dinamika
perubahan sosial masyarakat amerika serikat yang terjadi dalam beberapa dekade
terakhir sangat mempengaruhi pendidikan. Mulai dari tingkat pra sekolah sampai
ke perguruan tinggi. Sebagai hasil emansipasi yang sejak lama diperjuangkan di
amerika. Hampir semua wanita sudah mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria
dan selanjutnya kebanyakan wanita sudah mendapat tempat yang sangat luas dalam
lapangan kerja, baik bagi mereka yang belum berkeluarga maupun yang sudah.
Masyarakat
Amerika Serikat saat ini dihadapkan pula pada masalah tingkat perceraian
keluarga yang sangat tinggi dan mungkin yang tertinggi diantara negara-negara
di dunia. Akibatnya adalah makin banyak anak-anak yang hidup atau tinggal
dengan satu orang tua (umumnya dengan ibu) yang mau tidak mau harus bekerja
untuk hidup mereka.
Sistem
pendidikan amerika serikat memiliki berbagai badan-badan resmi yang berfungsi
sebagai instrumen monitoring dan evaluasi pendidikan. Berdasarkan hasil
penelitian dan informasi yang dikumpulkan dikethui bahwa kualitas pendidikan
amerika serikat mengalami kemunduran yang cukup serius dan hal ini telah
menjadi isu yang sangat hangat yang dipublikasikan oleh berbagai media masa
sejak tahun 1980-an.
E. Pendidikan Di Indonesia
1.
Dasar Dan Tujuan
Pendidikan Kejuruan
Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kemudian tujuan pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sekolah
menenah kejuruan memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya Indonesia yang
handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 tahun 1990 Bab I pasal 1 yaitu :
“Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangakan sikap propesional”. Lebih lanjut PP No 73 tahun 1991, pasal 3
ayat 6 menyatakan bahwa: “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan warga belajar untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Berdasarkan
PP tersebut jelaslah bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran yang sangat
strategis, dalam upaya pembangunan nasional, khususnya dalam sector pembangunan
social dan ekonomi. Pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal,
namun sangat strategis dalam menghasilkan manusia Indonesia yang trampil dan
berkeahlian dalam bidang-bidangnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
bangsa, khususnya kebutuhan dunia usaha dan industry.
2.
Struktur pendidikan
Departemen
pengelola utama pendidikan di Indonesia adalah departemen pendidikan dan
kebudayaan. Kebijakan pendidikan dikembangkan di pusat (Departemen) dan
disebarkan keseluruh Wilayah dengan lembaga pendidikannya seperti hal kurikulum
dan ujian-ujian, serta pembinaan lain seperti administrasi dan supervisi.
Negara berkembang berhasilnya pelaksanaan wajib belajar taraf SD berakibat
perlunya pemikiran tentang kebijaksanaan untuk mingkatkan wajib belajar sampai
taraf SMA/SMK. Untuk menanggapi ini perlu mendapat pertimbangan seperti ekonomi
dan politik.
3.
Sistem Pendidikan
Hak
dan kewenangan dalam bidang administrasi pendidikan sejalan dengan alur dalam
pemerintahan atau polotik, untuk ini dikenal dengan sentralisasi,
desentralisasi, dan otonomi.
1)
Sentralisasi menunjuk
pada hak dan wewenang yang terpusat pada pemerintah pusat.
2)
Desentralisasi menunjuk
pada hak dan wewenang pada daerah.
3)
Otonomi daerah adalah
pada aspek-aspek yang bebas pengelolaannya pada daerah, sehingga otonomi ini
kurang lazim digunakan dalam bidang administrasi pendidikan.
4.
Sejarah Perkembangan
Ssitem Pendidikan Kejuruan Indonesia
Menengok
sekelumit sejarah perkembangan SMK hingga kini, ada beberapa catatan di tahun
1998. Ketika Indra Djati Sidi menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah serta Gatot Hari Priowirjanto sebagai Direktur Pendidikan
Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur), mereka meletakkan reformasi pendidikan kejuruan
yang ditekankan pada dua hal.
Pertama,
memanfaatkan potensi lokal, mulai dari sumber daya alam, mineral, pertanian,
perikanan. Kedua, relevansinya ditekankan kepada kebutuhan lapangan
kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah
kebutuhan industri internasional. Tak terelakkan bahwa kualitas
ketenagakerjaan Indonesia bisa dibilang agak menyedihkan. Daya saingnya di mata
dunia, terbilang rendah. Membuat peluang mereka banyak tergeser oleh tenaga
kerja dari negara lain. Padahal ini semua berasal dari masalah tingkat
kompetensi tenaga kerja yang dinilai masih lemah. Ringkasnya, pendidikan
kejuruan harus segera di reposisi pada saat itu. Diperbaiki kualitasnya dan
diperkuat dasar konsepnya untuk bisa berkembang lebih baik.
Reposisi
ini ditujukan untuk menata ulang sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan agar
menjadi sistem pendidikan dan pelatihan yang permeabel dan fleksibel, dengan
pola pembelajarannya yang berbasis kompetensi. Selain itu, juga untuk menata
ulang bidanga atau program keahlian yang lebih menekankan pada kebutuhan pasar.
Terakhir, reposisi ini dilakukan untuk meningkatkan peranan SMK sebagai Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Terpadu (PPKT). Maksudnya, selain
sebagai penyelenggara program pendidikan dan pelatihan yang reguler, juga
menjadi tempat diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan kompetensi kejuruan
yang fleksibel jangka pendek melalui sistem multy entry-multy exit.
SMK
masa depan juga diharapkan menjadi tempat pelayanan jasa dan produksi, tempat
pendidikan dan pelatihan tingkat lanjutan yang setara dengan program diploma.
Pesertanya bisa berasal dari semua anggota masyarakat yang berminat, baik
sebagai pencari kerja, maupun para siswa tamatan SMU, SLTP, SD, dan semua
pekerja di dunia usaha/industri.
Perubahan
paradigma penyelenggaraan pendidikan kejuruan pasca reformasi, misalnya adalah
berubahnya orientasi pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dikembangkan dari
yang bersifat supply driven menjadi demand driven.
Sistem pengelolaan yang tadinya bersifat sentralistik, berubah menjadi
desentralisasi. Pendekatan pembelajarannya pun bergeser,
dari pendekatan mata pelajaran menjadi pembelajaran berbasis
kompetensi. Pola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pun berkembang dari
yang semula sangat terstruktur, menjadi lebih fleksibel (luwes) dan permeabel
(terbuka).
Upaya
reposisi pendidikan kejuruan, sesungguhnya melanjutkan program perbaikan mutu
pendidikan kejuruan yang telah dilakukan oleh mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Prof. Wardiman. Pada kurun tahun 1993-1998, orang terdekat BJ.
Habibie itu pernah melontarkan gagasan yang dikenal dengan sebutan link
and match. Atau, keterkaitan dan kesepadanan. Ide itu digulirkan sebagai
upaya untuk menjadikan dunia pendidikan menjadi lebih relevan dengan dunia
kerja. Dunia kerja menjelang masa perdagangan bebas, menghendaki
persiapan yang cukup. Ada sebuah tim kerja yang disebut sebagai Satuan Tugas
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia yang mengkhususkan
kerja-kerja penelitiannya di bidang pendidikan kejuruan.
Tim
ini beranggotakan beberapa puluh orang penting dari kalangan pejabat Depdiknas,
akademisi, dan lembaga pemerintah lainnya. Keanggotaannya bersifat
lintas sektoral dan multidisiplin. Hasil kerjanya didokumentasikan dalam bentuk
buku yang berjudul Keterampilan Menjelang 2020. Didalamnya banyak
bicara tentang sejumlah konsep dasar dan strategi pembaruan pendidikan kejuruan
dalam kaitannya dengan persiapan menghadapi perdagangan bebas APEC tahun
2020. Persiapan-persiapan lainnya pun dilakukan. Penguatan mutu pendidikan
kejuruan melalui lembaga pengembangan pendidikan kejuruan juga dibentuk di
tingkat pusat, dengan nama Dewan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Nasional.
Sekarang
lebih dikenal sebagai Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional
(MPKN). Partisipasi masing-masing daerah juga dituangkan melalui hadirnya
MPKN di tingkat provinsi. Di dalam buku Keterampilan
Menjelang 2020 ini juga diulas tentang bagaimana meraih dukungan
industri dan pusat-pusat pelatihannya untuk berperan aktif dalam pengembangan
standar keahlian yang nantinya banyak digunakan sebagai dasar konsep dalam
proses belajar-mengajar, pengujian, dan sertifikasi keterampilan. Selain
itu, juga dibahas tentang penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG) dan
pengembangan pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi.
Menginjak
periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur (sejak 2005) lebih
menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui beberapa terobosan.
Beberapa hal diantaranya adalah mengembangkan SMK bertaraf internasional dengan
metode bilingual, pencitraan kredibilitas SMK melalui program sosialisasi, dan
memenuhi kebutuhan peralatan produksi secara mandiri lewat unit produksi di
masing-masing SMK.
Termasuk
didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains melalui peningkatan
bobot jam belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi SMK jurusan elektronika,
automotif dan jurusan eksaskta lainnya. Diharapkan, ini dapat membuka peluang
seluas-luasnya bagi siswanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga melakukan sertifikasi kompetensi
untuk para lulusan SMK bidang otomotif, perhotelan, Teknologi Informasi,
sekretaris, busana, dan tata boga.
Perkembangan
reposisi terakhir, ada pada penguatan potensi lokal. Program Dikmenjur
disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Kini, kebijakan Presiden menganjurkan
untuk kembali ke potensi go green. “Kami beri nama program Agro
Industri. Tahun 2008, melalui program ini kami akan membesarkan 20 SMK di
seluruh Indonesia. Mereka akan diberikan program pengembangan untuk produksi
pangan dengan bahan dasar lokal. Misalnya kripik pisang. Bukan roti karena selain
bukan makanan tradisional orang Indonesia, bahan-bahannya juga masih import,”
tuturnya.
Selain
itu, Direktorat Dikmenjur juga mengarahkan praktek kerja industri untuk lebih
memilih ke lokasi dalam negeri. Pertimbangannya adalah, untuk mendukung program
penguatan ekonomi lokal dan potensi produksi pangan dalam negeri. “Ini juga
supaya petani dan peternak di Indonesia memahami nilai ekonomi produk mereka.
Jadi, mereka bersama para lulusan SMK bisa tingkatkan perekonomian di daerah
masing-masing,” ucapnya berharap.
Kini
setiap tahun, Direktorat Dikmenjur telah mengirim 100 sampai 200 pejabat
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk berangkat ke luar
negeri. Mereka dikirim dalam beberapa gelombang, ke negara yang berbeda-beda,
dengan biaya yang sebagian ditanggung oleh pemda masing-masing, sebagian
lainnya ditanggung oleh Direktorat Dikmenjur.
Menginjak
periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur (sejak 2005) lebih
menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui beberapa terobosan.
Beberapa hal diantaranya adalah mengembangkan SMK bertaraf internasional dengan
metode bilingual, pencitraan kredibilitas SMK melalui program sosialisasi, dan
memenuhi kebutuhan peralatan produksi secara mandiri lewat unit produksi di
masing-masing SMK.
Termasuk
didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains melalui peningkatan
bobot jam belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi SMK jurusan elektronika,
automotif dan jurusan eksaskta lainnya. Diharapkan, ini dapat membuka peluang
seluas-luasnya bagi siswanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga melakukan sertifikasi kompetensi
untuk para lulusan SMK bidang otomotif, perhotelan, Teknologi Informasi,
sekretaris, busana, dan tata boga.
5.
Pendidikan Sistem Ganda
(PSG)
Sesungguhnya,
penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK telah berjalan sejak tahun
1993/1994 hingga sekarang. Sistem ini merupakan implementasi dari konsep mitch
and match. Dengan PSG, perancangan kurikulum, proses pembelajaran, dan
penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksanakan bersama-sama antara pihak
sekolah dan industri. Diharapkan nantinya para lulusan SMK akan menjadi para
lulusan yang siap kerja. Melalui PSG, siswa belajar di dua tempat, yaitu
sekolah dan industri.
Di
sekolah, para siswa belajar teori dari para guru atau instruktur yang
kegiatannya yang pada umumnya dibiayai pemerintah. Sedangkan kegiatan belajar
yang diselenggarakan di perusahaan/industri, artinya para siswa ini belajar dan
mendapatkan pelatihan praktik dari para instruktur dari pihak sekolah yang
bersangkutan. Pembiayaannya dilakukan oleh perusahaan terkait.
Dalam
konteks ini, bisa dikatakan bahwa sekolah melakukan semacam outsourcing yang
dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan
pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan industri melihat sekolah sebagai
bagian dari Human Resources Development (HRD) atau sumber daya manusia
perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang andal dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Untuk
memuluskan kerjasama antar sekolah dan industri dalam penyelenggaraan PSG, MPKN
tingkat provinsi yang beranggotakan unsur-unsur dari kedua belah pihak,
berfungsi menjembataninya. Melalui kelompok-kelompok bidang keahliannya, MPKN
membantu SMK dalam mengembangkan standar penyelenggaraaan pendidikan dan
pelatihan, maupun bahan ajar yang diperlukan.
Pada
awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktik kerja industri selama 3
bulan. Namun menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang efisien dan
terlalu sebentar. Maka, mulai tahun 1999 hingga sekarang, diterapkan masa
praktik kerja industri selama 6 bulan. Malah, sebenarnya waktu 6 bulan ini juga
masih dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja industri. Gatot
membandingkannya dengan sistem pendidikan kejuruan yang ada di Jerman. Dalam
sepekan, selama 2 hari anak-anak mendapatkan teori di kelas, sedangkan tiga
hari berikutnya kegiatan pembelajaran berlangsung di industri. Mungkin, di
Indonesia masih perlu berubah setahap demi setahap.
Setelah
pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6 bulan, proses ini
juga memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang praktik kerja ke luar
negeri. Kegiatan praktik kerja di luar negeri ini telah dilakukan sejak
tahun 1999. Pada mulanya, Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan
(Dikmenjur) mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk melakukan studi banding ke
Malaysia. Berikutnya, giliran para siswanya yang diberangkatkan
magang ke luar negeri. Di tahun yang sama, sekitar 400 siswa SMK berangkat
praktik kerja ke luar negeri. Hingga perkembangannya sampai dengan
tahun 2004, telah ada sekitar 2.000 siswa SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke
Malaysia. 80% nya melakukan praktik kerja di bidang perhotelan dan pariwisata.
Negara
tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga ke
negara-negara lain misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, Oman, dan
Kuwait. Saat itu, Gatot Hari Priowirjanto berharap, pada tahun 2020 nanti
sebanyak 10% dari bisnis hotel dan pariwisata di dunia, tenaga kerjanya berasal
dari Indonesia. “Ini memang sebuah mimpi besar. Dan kita harus menyiapkannya
secara serius,” ucapnya. Selain memfasilitasi para siswa SMK melakukan
praktik kerja di luar negeri, Direktorat Dikmenjur juga mendorong
dan memberi kesempatan bagi para guru, kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan
dan pengajaran di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk ikut memperluas
pengetahuan konsep penyelenggaraan pendidikan kejuruan di luar negeri.
Namun,
seiring dengan perkembangan politik yang begitu dominan memainkan perannya
dalam dunia pendidikan (dengan bergantinya pejabat kementerian pendidikan
nasional), PSG tampaknya telah mulai ditinggalkan tanpa memberikan alternatif
pengganti yang jelas.
6.
Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan
yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.
Kurikulum
pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 36 yaitu:
1)
Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
2)
Kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
3)
Kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:
a.
Peningkatan iman dan
takwa
b.
Peningkatan akhlak
mulia
c.
Peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik
d.
Keragaman potensi
daerah dan lingkungan
e.
Tuntutan pembangunan
daerah da lingkungan
f.
Tuntutan dunia kerja
g.
Perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
h.
Agama
i.
Dinamika perkembangan
global
j.
Persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan
4)
Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
7. Pendanaan Pendidikan
a.
Tanggung Jawab
Pendidikan Pasal 46
1)
Pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
2)
Pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3)
Ketentuan mengenai
tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
b.
Sumber Pendanaan
Pendidikan
1)
Sumber pendanaan
pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
2)
Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3)
Ketentuan mengenai
sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
c.
Pengelolaan Dana
Pendidikan
1)
Pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.
2)
Ketentuan mengenai
pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
d.
Pengalokasian Dana
Pendidikan
Dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Daerah.
8. Evaluasi Pendidikan
a.
Evaluasi Pasal 57
1)
Evaluasi dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2)
Evaluasi dilakukan
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan
nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
b.
Evaluasi Pasal 58
1)
Evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
2)
Evaluasi peserta didik,
satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan pendidikan dikeempat Negara tidak terlalu jauh berbeda. Tujuan pendidikan Jerman Mengembangkan
individualitas dan partisi-pasi dalam kehidupan masyarakat, menyiapkan lulusan yang
berkualitas.
Pendanaannya ialah Seluruh biaya personil ditanggung
oleh pemerintah negara bagian, dan infra struktur oleh masyarakat.
Pendidikan di Kanada di kelola oleh masing-masing
provinsi. Pendanaan dibiayai oleh pemerintah. Pemerintah kanada memberikan
perhatian yang sangat besar pada bidang pendidikan. Dengan biaya pendidikan
yang terjangkau untuk seluruh penduduk memungkinkan anak-anak kanada mengakses
pendidikan sampai keperguruan tinggi.
Amerika Serikat mengembangkan visi dan missi pendidikan gratis bagi anak usia sekolah untuk
masa 12 tahun pendidikan awal, dan biaya pendidikan relative
murah untuk tingkat pendidikan tinggi.
Orang
Amerika menempuh 12 tahun pendidikan di primary dan secondary school. Dengan
ijasah dari secondary school (high school), mereka dapat melanjutkan studinya
ke college, university, vocational (job training) school, secretarial school,
dan professional school lainnya.
Jika
dibandingkan dengan di AS, sumber pendanaan pendidikan di Indonesia
berasal dari beberapa sumber anggaran. Yaitu
berasal dari APBN, APBD Propinsi, dan APBD Kabupaten/Kota. Indonesia dan Amerika,
Anggaran pemerintah pusat lebih banyak diberikan ke sekolah-sekolah negeri.
Salah satu upaya yang bisa
dijadikan starting point bagi upaya perbaikan dan pengembangan sistem
pendidikan Indonesia adalah dengan mengetahui kelemahan dan kelebihannya.
Hal ini bisa dilakukan
dengan melakukan KAJI banding dengan sistem negara Jerman, Kanada, dan
Amerika sehingga bisa menjadi
gambaran bagi kita, bagaimana kita bisa memperkuat sistem pendidikan Indonesia
dan memperbaiki kekurangan yang ada. Melalui peningkatan kualitas sistem
pendidikan Indoneisa, kelak Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan berada
di barisan terdepan dalam usaha mewujudkan dunia yang lebih baik lagi.
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini diselesaikan, semoga dapat memberi manfaat yang lebih kepada
pembaca. Kelebihan dan kesempurnaan adalah hanyalah Milik Tuhan semata. Jika
ada kekurangan dan kesalahan itu dikarenakan kekhilafan penyusun makalah ini.
Untuk itu kiranya memberikan saran dan kritikan yang membangun. Wassalam...
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar
Syah Nur, (2001), Perbandingan sistem pendidikan, Bandung : Lubuk Agung.
Alwasilah
An International Comparative Study of School Curriculum, Chaedar. 2008.
Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung:Rosda.
Syah
Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk
Agung.
Akdogan,
Cemil. 2005. Asal Usul Sains Modern dan Kontribusi
Muslim, dalam Islamia; Jurnal
Pemikiran
dan Peradaban Islam Edisi Tahun II No 5. Jakarta: Khairul Bayan.
Assegaf,
Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa Perbandingan
Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat. Jakarta: Gama Media.
Bundesministerium
für Bildung und Forschung, Berufsbildunggesetz, Stand 11.04.2005.
Departemen
Agama RI. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan.
Jakarta: Departemen Agama RI.
http://blog.unsri.ac.id/marishak/pendidikan-komperatip/studi-komparatif-pendidikan-tinggi-di-negara-kanada-dan-indonesia/mrdetail/63439/
diunduh 27-05-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar