AKHLAK ISLAMI
B.
PEMBAHASAN
Secara sederhana akhlak islami dapat
diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang
bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal
menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan
sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka
menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami
adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai
dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal
sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu
menghormati kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal.
Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan
oleh hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana
orang yang menjabarkan nilai universal itu berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak
dapat disamakan dengan etika atau moral, walau etika dan moral itu di perlukan
dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini
disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja,
serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan
untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat
dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral.
Akhlak (Islami) menurut Quraish
Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu
secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah.
Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang
menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini
mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan
Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti aik dalam esensinya. Demikian
pula sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik,
karena kebohongan esensinya buruk.
2.
Sumber
akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila
sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama
hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan
suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan
oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai
makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.
3.
Faktor-
faktor Pembentuk Akhlak
a.
Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya: seseorang yang berasal dari
daerah Sumatera Utara cenderung berbicara “keras”, tetapi hal ini bukan
melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat
memperhalus dan memperbaikinya.
An-Nafsiyyah (Psikologis)
c.
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan
oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang
sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang yang lahir dalam
keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang
orangtuanya lengkap.
c. Syari’ah Ijtima’iyyah
(Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang
mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam
pembentukan akhlak seseorang.
d. Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak
Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang
merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata
mencari keridhaan Allah.
4.
Ruang
Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup akhlak islami adalah
sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan
dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek,
dimulai dari akhlak terhadap Allah, hinga kepada sesama makhluk (manusia,
binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan
ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut
:
a.
Akhlak
Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang
telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses
menjadi benih. Degan demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya
berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَـٰنُ مِمَّ خُلِقَ (٥)
خُلِقَ مِن مَّآءٍ۬ دَافِقٍ۬ (٦) يَخۡرُجُ مِنۢ بَيۡنِ ٱلصُّلۡبِ
وَٱلتَّرَآٮِٕبِ (٧)
Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari
antara tulang sulbi dan tulang dada.”
Kedua, karena Allah-lah yang telah
memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal
pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna
kepada manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah
memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakuka
dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya,
takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya
da bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selal bedoa kepada-Nya, beribadah, dan
selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa
titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu,
jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan
akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap
tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu
denganmenjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
b.
Akhlak
Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang
dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia.
Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal
negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan
yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan
aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun
sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
قَوۡلٌ۬ مَّعۡرُوفٌ۬ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٌ۬
مِّن صَدَقَةٍ۬ يَتۡبَعُهَآ أَذً۬ىۗ وَٱللَّهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ۬
Artinya : “Perkataan
yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)
Disisi lain Al-Qur’an menerangkan
bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang
lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang
dikeluarkan adalah ucapan yang baik.
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَـٰقَ بَنِىٓ
إِسۡرَٲٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَانً۬ا
وَذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰڪِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ
حُسۡنً۬ا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ
إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنڪُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ
Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah
kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)
Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬
سَدِيدً۬ا
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)
Jangan mengucilkan seseorang atau
kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan
keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk.
Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini
hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula
melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepetingan sendiri.
c.
Akhlak
terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan
disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan
Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar,
karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai
tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk
mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses
yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi
milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat
petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap
menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali
kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan
dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman
:
مَا قَطَعۡتُم مِّن لِّينَةٍ أَوۡ
تَرَڪۡتُمُوهَا قَآٮِٕمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَلِيُخۡزِىَ
ٱلۡفَـٰسِقِينَ
Artinya : “
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang
kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin
Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.”
(QS. Al-Hasyr :5)
Alam dengan segala isinya telah
ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat
memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap
keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus
dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga
memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda
: “Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang,
kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.
Uraian tersebut di atas
memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan
mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka
karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan
berdampak negative bagi makhluk lainnya.
5.
Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu
faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang
baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang.
Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah
dan syariah.
“Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur
aqidahnya.”(HR.Tirmidi).
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam
dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Thabrani,
Ahmad dan Abu Ya’la).
Akhlak adalah buah dari ibadah.
ٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ
ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ
أَڪۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Artinya :
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. 29:45)”
Keluhuran akhlak
merupakan amal terberat hamba di akhirat, “Tidak ada yang lebih berat
timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu
Daud dan At-Tirmizi).
Akhlak merupakan lambang
kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang
menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.
“Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik
akhlaknya” (Muttafaq ‘alaih).
6. Cara Mencapai Akhlak Mulia
a. Menjadikan iman sebagai
pondasi dan sumber
Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa
Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik,
balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap
menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan
dibalas dengan syurga dan kenikmatannya.
b. Pendekatan secara
langsung Artinya melaui Al-Qur’an. Sebagai seorang muslim harus menerima
Al-Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera di dalamnya
wajib diikuti. Misalnya, Al-Qur’an melarang untuk saling berburuk sangka firman
Allah dalam QS. 49:12
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ
إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم
بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا
فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”
c. Pendekatan tidak secara
langsung
Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman
masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan
terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang.
Dari hal di atas, intinya adalah
latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan
yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan
motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin
memenuhi perintah Allah dan takut akan siksa-Nya.
Islam adalah
agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. karena
misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat
pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka
melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum khomer dan berjudi. Hal-hal
tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk
generasi setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada
awal pertama nabi mengalami kesulitan.
Prinsip
Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah
terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang
mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya
kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang
kongkret. Dalam hubungan ini Abu Huroiroh meriwayatkan hadist dari Rasulullah
SAW:
Artinya :
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya.”
Al-Qur'an
menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang
mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada
surat Ibrahim ayat 24-27 :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً۬
كَلِمَةً۬ طَيِّبَةً۬ كَشَجَرَةٍ۬ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٌ۬ وَفَرۡعُهَا فِى
ٱلسَّمَآءِ (٢٤) تُؤۡتِىٓ أُڪُلَهَا كُلَّ حِينِۭ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ
وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَڪَّرُونَ (٢٥)
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ۬ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ
ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ۬ (٢٦) يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِۖ وَيُضِلُّ
ٱللَّهُ ٱلظَّـٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ (٢٧) [3]
Artinya :
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,
yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap
(tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki".
Dari ayat
diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah
perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak
terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang
dapat dinikmati oleh lingkungan.
8. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan Akhlak antara lain adalah:
a.
Insting
(Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan
manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam
bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator
penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
·
Naluri Makan
(nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa
didorang oleh orang lain.
·
Naluri
Berjodoh (seksul instinct). Dalam Al-Quran diterangkan:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
·
Naluri
Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
·
Naluri
Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan.
·
Naluri
Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket
yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
b.
Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan
adat kebiasaan.
c.
Wirotsah
(keturunan) adapun warisan adalah:
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang
tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan
sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar
dari salah satu sifat orang tuanya.
d.
MILIEU
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup
meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2
macam:
·
Lingkungan
Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan
atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi
Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang
sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi
contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas
tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
·
Lingkungan
pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan
saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak
orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak
anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh
guru-guru disekolah.
C.
KESIMPULAN
Simpulan yang dapat disampaikan
penulis dari makalah ini yaitu Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang
hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara
berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara, da lain sebagainya.
Dengan cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan
eksistensinya di dunia ini.
Allah adalah Khalik yang menciptakan
segala sesuatu di luar diri-Nya. Sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya
disebut makhluk. Manusia dan segala sesuatu yang menyertainya adalah juga
makhluk. Akhlak ialah semua tingkah laku dan gerak-gerik makhluk dan yang
dimaksud makhluk di sini (telah dipersempit) ialah manusia (hanya menyangkut
tingkah laku manusia saja).
Sumber dari Akhlak Islami yaitu
Al-Qur’an dan As-sunnah. Banyak faktor yang dapat membentuk akhlak seseorang
yaitu, faktor genetic, faktor lingkungan (social), faktor psikologis, dan
faktor nilai Islami seseorang.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak
pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai
Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai
motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam
tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.